Z-Chen dan Masa Kecilnya

{Medan/Aplaus The Lifestyle} Teks oleh Frans Margo Leo | Foto oleh Bobby W. Wennars |
Wardrobe dari Double Brother H.K.

[Z-Chen] Kali ini, Z-Chen buka-bukaan kepada sobat Aplaus soal masa kecilnya yang lugu dan lucu. Sampai-sampai, seisi ruangan terpingkal-pingkal ketika dengan jujurnya Z-Chen bercerita soal kenakalannya.

DI siang yang cerah itu, seisi penghuni rumah Aplaus begitu antusiasnya menyambut kedatangan Z-Chen yang juga dengan sumringah membalasnya dengan senyum yang mengembang. Tidak tampak wajah yang lelah walau ajang ‘Secret Love’ Album Promo & Autograph Session kemarin malam begitu sukses ia bawakan. Malah, Z-Chen begitu riang menaiki (baca: melompati) tangga demi tangga menuju ruangan wawan¬cara khusus, seolah-olah Pangeran R&B ini tau kalau sebentar lagi ia akan diberondong sejumlah pertanyaan tentang masa kecilnya.

Sepanjang sesi wawancara, Z-Chen hampir selalu melon¬tarkan jawaban yang spontan (bukti bahwa ia begitu jujur dan tampil apa adanya) plus senyum khasnya yang menawan. Ia juga tidak sungkan menyapa setiap kru Aplaus yang sibuk mempersiapkan laporan tentang dirinya. Berikut adalah petikan ‘curhat’ Z-Chen tentang masa kecilnya.

Aplaus: Kalau di atas panggung, kamu pasti tampil seenergik mungkin. Nah, bagaimana kalau sudah turun panggung? Apakah masih sama?
Z-Chen:
Oh, sama juga kok.

Aplaus: Apa dari waktu kecil dulu sudah demikian?
Z-Chen:
Bukan dari kecil sih. Waktu masih kecil, saya itu murid yang budiman lho. Namun, sejak umur 17 tahun, saya mulai ikut berbagai kegiatan ekstrakurikuler, semisal paduan suara atau main bola. Jadi, saya pun berubah menjadi lebih aktif.

Aplaus: Tampaknya waktu kecil kamu sering berhasil juga dalam pelajaran ya?
Z-Chen:
Iya, kalau nggak juara 1 atau juara 2, ya pasti juara 3 (sambil tertawa).

Aplaus: Kalau begitu, ceritain dong masa kecil kamu itu seperti apa?
Z-Chen:
Masa kecil saya sangat menyenangkan dan terbilang sempurna. Dulu saya tinggal di desa. Di sana ada sekitar 20 anak. Setiap hari, habis pulang sekolah, kami langsung melempar tas sekolah lalu keluar bermain-main tanpa memakai sepatu. Lalu, kami berjelajah sembari bermain. Habis itu, barulah saya pulang ke rumah untuk makan, bernyanyi bersama orangtua, atau membersihkan rumah. Semua ini pun tampak makin sempurna di saat hari raya Imlek. Sungguh menyenangkan.

Aplaus: Wah, ini masa kecil yang sempurna ditam¬bah dengan otak encer pula, bagus sekali nih…
Z-Chen:
Ha-ha… (tertawa lebar)

Aplaus: Jadi, apakah kamu masih ingat dengan permainan masa kecilmu?
Z-Chen:
Hmm… kami biasanya main baseball yang sederhana. Kami menyebutnya “bola nomor tiga”. Cara mainnya sangat sederhana. Pukul saja sejauh mungkin bola plastik yang dilempar dengan stik. Nah, kalau sudah dipukul, yang lain pasti akan berusaha mengejarnya. Tapi, permainan kami sangat tergantung musim juga, misalnya kami pernah main sabung laba-laba (laba-laba diadu) yang bernama Bao Hu.

Aplaus: Laba-laba kecil? Wah, itu ditangkap sendiri dong…
Z-Chen:
Iya, saya tangkap sendiri. Kadang kami juga pergi memancing ikan, berenang, atau nyolong buah orang lain (sambil tertawa). Dulu saya adalah anak yang tidak takut apapun.

Aplaus: Mantap ya kedengarannya…
Z-Chen:
Asyik dong. Waktu festival bulan, bakal ada banyak anak-anak yang memainkan game “Da Feng Chui” (artinya: angin kencang bertiup) dan “Satelit Nabrak Bumi”. Cara mainnya sangat sederhana. Pertama, kita akan terbagi ke dalam empat kotak, misalnya negara China, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Nah, nanti, ada anak lain yang berteriak, “Angin kencang bertiup sampai ke China.” Nah, itu berarti anak-anak yang masih ada di kotak China semuanya akan ‘mati’ jadi mereka mesti berpindah ke kotak yang lain. Demikianlah, perintah ini akan terus diulang secara variatif sampai didapat pemain terakhir yang sanggup bertahan.

Aplaus: Banyak yang bilang kalau kejadian di masa kecil akan berpengaruh terhadap kehidupan dewasa seseorang. Apa kamu punya pengalaman demikian?
Z-Chen:
Ada juga. Sedari dulu saya hidup seadanya dan tidak punya ambisi yang terlalu besar karena memang lingkungan saya waktu kecil seperti itu. Semuanya saya jalani tanpa beban. Akhirnya, saya tidak ingin stres dalam hidup ini. Saya pun memilih hidup yang tidak banyak tekanan, tetapi saya tetap mau menerima tantangan.

Aplaus: Kalau begitu, sedari kecil kamu sudah merasa bisa ditantang kalau sudah besar nanti?
Z-Chen:
Benar. Waktu kecil, saya suka bertualang. Pernah juga saya malam-malam pulang dari hutan dan mendengar banyak suara aneh atau ditinggal sendirian di rumah saya yang dulu terbuat dari kayu semua.

Aplaus: Lalu, kalau soal bakat bermusik kamu, apakah memang itu sudah dipupuk sejak kecil?
Z-Chen:
Begini, orangtua saya pintar nyanyi. Semua saudaraku juga demikian. Waktu kecil dulu, setelah papa pulang kerja dan makan malam, semuanya akan ngumpul untuk bernyanyi. Di desa, keluarga kamilah yang paling jago nyanyi.

Aplaus: Nyanyinya bagaimana ya? Pakai karaoke?
Z-Chen:
Ya nggak lah. Dulu mana ada karaoke. Ya, nyanyi biasa saja menghadap ke hutan dan tanpa iringan musik.

Aplaus: Bagus sekali! Jadi waktu itu sudah kepikiran masuk dunia hiburan?
Z-Chen:
Nggak tuh. Waktu kecil, tokoh idola saya yang pertama adalah guru. Soalnya, saya rasa orang yang paling hebat itu guru dan dokter. Tapi kalau dokter, saya sih nggak kepingin karena selalu takut disuntik. Tiap kali lihat dokter, langsung kepikiran disuntik. Guru kan tidak, mereka menyayangi muridnya, ha-ha… Dan sebenarnya saat masih kelas 6 SD pun, saya sudah jadi guru les, mengajari anak kelas 1 atau 2. Dulu nilai saya bagus-bagus, jadi bisa ajarin mereka, tapi, setelah dijalani, saya baru tahu ternyata jadi guru itu merepotkan. Anak-anak kecil itu selalu ribut, susah diajarin. Ngomong-ngomong, padahal saya dulu kan anak kecil yang selalu ribut juga ya… (sembari tertawa)

Aplaus: Jadi bakat menjadi gurunya tetap diteruskan nggak?
Z-Chen:
Waktu kecil, saya ingin belajar sampai ke universitas. Setelah tamat, saya pikir bisa mencoba hal-hal baru. Lalu, saya pun menjadi insinyur, tapi lama-lama jadi bosan juga. Saya pun ingin coba hal yang baru lagi, yaitu bernyanyi. Di sinilah akhirnya saya pun menjadi penyanyi.

Aplaus: Kalau begitu, siapa tokoh yang kamu kagumi dari dulu sampai sekarang?
Z-Chen:
(berpikir sejenak) Jujur saja, saya jarang memikirkan hal begitu. Soalnya, tidak ada orang yang bisa saya anggap sebagai role model. Namun, mungkin tergantung juga dengan apa yang saya kerjakan. Paling-paling saat mengikuti grup paduan suara, ya saya kagum dengan Guang Liang dan Victor Pin Guan karena mereka sanggup bernyanyi sekaligus menjadi komposer.

Aplaus: Begitu ya. Oh ya, ngomong-ngomong, waktu kecil dulu, perbuatan nakal apa yang pernah kamu lakukan?
Z-Chen:
Yang paling nakal ya… mencuri alat-alat kerja papa dan diam-diam memotong barang-barang plastik di rumah orang lain. (sembari tertawa)

Aplaus: Ketauan nggak?
Z-Chen:
Iya, ketauan, ha-ha… Saya diadukan oleh tetangga, lalu papa pun memukul saya dengan tali pinggang kulit.

Aplaus: Pukulannya dinikmati nggak? (sambil tertawa)
Z-Chen:
Saya ini keras kepala. Sudah tahu salah, tapi kalau dipukul sekeras apapun saya tidak akan menangis. Rasanya pukulannya biasa saja karena saya sadar memang bersalah. Paling-paling saya rasa sakit, tetapi tetap saya tidak akan menangis. Tapi, kalau saya tidak bersalah lalu dimarahin sedikit saja, saya bisa langsung nangis. Kalau merasa tertuduh, saya bisa nangis.

Aplaus: Kamu melawan nggak sama orangtua?
Z-Chen:
Saya sulit membela diri karena dulu saya mungil banget. Didorong sedikit saja mungkin sudah jatuh. Saya ini kan murid yang baik-baik dan fisiknya agak lemah (tertawa).

Aplaus: Baiklah, kalau hari ini kamu diberi kesempatan untuk kembali ke masa kecil, apa yang ingin kamu ubah?
Z-Chen:
Saya ingin menambah tinggi badan saja... (tertawa) Dulu saya rasa susah tumbuh tinggi. Memang, papa saya juga tidak tinggi, paling-paling hanya segini (sembari menunjuk bahu). Waktu umur 13 tahun, sayalah yang paling tinggi di kelas. Sampai umur 14 juga demikian. Tapi, waktu umur 15 tahun, rasanya kok sudah banyak teman-teman yang lebih tinggi dari saya?

Aplaus: Nah, kalau soal impian masa kecil kamu yang belum pernah kesampaian, apakah ada?
Z-Chen:
Saya tidak punya impian besar. Dulu ya, saya ingin menjadi penyanyi dan punya album sendiri. Itu kan sudah kesampaian. Sekarang, impian saya adalah bisa konser tur keliling dunia atau setidaknya sampai sudah usia 80 tahun pun masih tetap bisa nyanyi atau mau nambah keahlian yang baru lagi, ha-ha…

Aplaus: Jadi, kamu sudah puas menjadi seperti sekarang?
Z-Chen:
Puas, tapi saya tetap mau lebih bagus dan tetap berusaha untuk itu sampai sekarang.

http://www.aplausthelifestyle.com/result_detail.php?id=1058&index=54
http://www.aplausthelifestyle.com/result_detail.php?id=1058&index=54&page=2&page_comment=



**For those who don't understand Bahasa Indonesia, you can have some idea of what the news is about by copying the words and click "Translate" in the link below:
http://translate.google.com/translate_t#id|en|Z-Chen%20Promo%20Album%20Baru%20%E2%80%9C%20Secret%20Love%E2%80%9D%20%3B%20Nikmati%20Jumpa%20Fans%20%20%0A


**不懂印尼文的朋友可以把文字 copy 出來後,再貼在以下的連結的空格中,然後按 “Translate”,可以大略了解新聞的内容:
http://translate.google.com/translate_t#id|zh-TW|Z-Chen%20Promo%20Album%20Baru%20%E2%80%9C%20Secret%20Love%E2%80%9D%20%3B%20Nikmati%20Jumpa%20Fans%20%20%0A
arrow
arrow
    全站熱搜

    zchen09tw 發表在 痞客邦 留言(0) 人氣()